Selasa, 14 April 2009

ANEH



Hutan di daerah pegunungan sangat indah dan dapat menenangkan jiwa seorang manusia yang sedang berada di daerah tersebut. Hembusan angin dingin dan suara dedaunan yang saling bersahut-sahutan, pujian seorang anak manusia terhadap Sang Maha Kuasa yang telah menciptakan alam semesta yang selalu di panjatkan bagi mereka yang sadar akan hal tersebut. Itulah yang aku rasakan ketika berada di alam yang jauh dari keramaian dan hingar-bingar kota.
Namun ada satu hal aneh yang aku temukan ketika aku bersama teman-teman GANDAWESI pada hari sabtu, 26 maret 2009, yang pada saat itu kami sengaja datang ke bawah bukit burangrang di daerah parompong, bandung. Pada saat itu kami hendak berlatih navigasi menggunakan kompas bidik dan peta daerah tersebut, hal aneh yang aku temukan pada saat itu adalah kerlakuan remaja yang tidak bersahabat dengan alam sekitar. Ada sekitar dua puluhan lebih anak remaja laki-laki dan perempuan yang saat itu sedang berDUGEM (dunia gembira) di samping jalan umum menuju situ lembang. Mereka joged tidak beraturan diiringi oleh musik disko dangdut yang di putar melalui speaker yang terdapat di salah satu sepeda motor modifikasi salah seorang dari mereka.
Sebelumnya kami mendirikan tenda di samping jalan tersebut karena cuaca pada saat itu hujan,namun tidak lama reda kembali. tidak lama kemudian segerombolan anak remaja bersepeda motor datang. Awalnya aku anggap biasa-biasa saja karena daerah teresebu memang banyak dikunjungi oleh orang. Namun lama-kelamaan mereka merjoged ria, suara musik mereka menggema sangat keras sekali, mereka tidak menghiraukan sedikit pun orang-orang yang lalu-lalang di jalan samping mereka bejoged ria. Orang yang lewat hanya diam dan melihat saja tidak ada sedikit pun di benak orang yang lewat untuk menegur apalagi mau menasehati, sungguh sangat disayangkan sekali.
Aku dan teman-teman sedang konsentrasi membidik kompas ke arah gunung burangrang namun mereka tidak mempedulikan kami, bahkan pada saat saya foto mereka seperti oprang yang haus akan foto saja, ingin narsis. Sempat saya rekam vidio mereka saat mereka sedang asik menari.
Saat itu hal yang sangat menyayat hati saya adalah paqda saat seorang remaja wanita yang mereka peluk secara bergiliran, dan semakin lama mereka semakin berada di tengah jalan, bukankah hal tersebut sudah merugikan orang-orang dan kendaraan yang lewat di situ. Seorang warga yang sedang lew3at untuk mengambil kayu bakar di daerah tersebut Hanya diam saja sambil menmggelengkan kepala melihat kelakuan remaja-remaja tersebut. Dalam benakku bertanya “apakah di sini sudah sering dilakukan hal seperti ini ?, apakah remaja-remaja tersebut tidak memiliki hati dan perasqaan lagi?, mengapa harus hutan yang menjadi tempt untuk DUGEM???? Bukankah diskotik di bandung sangat banyak????” pertanyaan yang sulit untuk di jawab.
Mungkin menurut mereka hal terssebut biasa-biasa saja, nasmun menurut ku hutan adalah tempat terindah yang selalu harus di jaga kelestariannya salah satunya dari polusi suara dan tindakan yang tidak senonoh, apalagi sampai dilakukan oleh pelajar.....sungguh sangat disayangkan.
Bayangkan saja kalau hal ini di lakukan di daerah kalimantan yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan baik terhadap alam maupun sesama manusia. Dari kasus yang saya temukan diatas, jika terjadi di kalimantan khususnya di daerah pedesaan, remaja-remaja tersebut sudah dikenai hukum adat yang tidak hanya di bayar menggunakan uang, tetapi menggunakan berbagai jenis syarat yang sulit sekali untuk di dapat dan jika ketahuan sepasang remaja yang berpelukkan akan langsung di nikahkan. Hal tersebut di lakukan agar tidak membuat aib baik bagi sesama manusia maupun alam semesta.
Semoga melalui tulisan anak rimba ini remaja-remaja yang masih labil psikologinya dapat sedikit sadar akan betapa pentingnya menghargai alam dan sesama. Binatang di hutan saja mempunyai tata krama. Mengapa kita tidakkkk!!!!

PERJUANGAN BELUM BERAKHIR

Ingat kah sobat, kala itu...kita berjuang bersama
Kita sama-sama di gembleng...kita sama-sama di didik
Kita sama-sama di tampar, merayap di atas lumpur...kita sama-sama kotor,sakit serta menderita dalam pendidikan
Setelah semuanya usai.....
Kita selalu kompak...kita bersama-sama memulai sesuatu yang tak akan pernah di lupakan seumur hidup kita
Dulu engkau memimpin kami...dulu engkau selalu memotivasi kami
Namun ada apa dengan dirimu sekarang wahai sahabat??????
Tiba-tiba saja....engkau meninggalkan kami, engkau lupa akan kenangan kita bersama
Engkau melupakan perjuangan kita dulu....
Ingatlah sahabat perjuangan kita belum berakhir ...
Perjuangan yang tak akan pernah berakhir sampai akhir hayat
Perjuangan yang membutuhkan kekompakkan tim
Sekarang anggota tim kita berkurang satu....untuk mencapai tujuan kita
Semoga engkau dapat menempuh perjuangan baru mu...
Tapi ingatlah perjuangan kita belum berakhir, kami selalu menanti dan berharap engkau dapat kembali bersama kami lagi
Oleh : SIL@S

Jumat, 13 Maret 2009

Rabu, 25 Februari 2009

Silas

From Wikipedia, the free encyclopedia

Jump to: navigation, search
Saint Silas

Bishop and Martyr
Died c. AD 50, Macedonia
Venerated in Roman Catholic Church, Eastern Catholic Churches, Eastern Orthodoxy, Oriental Orthodoxy, Anglicanism, and Lutheranism
Feast January 26 (Evangelical Lutheran Church in America)
February 10 (Lutheran Church - Missouri Synod)
July 13 (Roman Martyrology)
July 30 (Eastern Orthodoxy)
July 13 (Syriac, Malankara Calendars)

Saint Silas or Saint Silvanus (flourished 1st century) was a leading member of the early Christian community, who later accompanied Paul in some of his missionary journeys.

There is some disagreement over the proper form of his name: he is consistently called "Silas" in Acts, but the Latin Silvanus, which means "of the forest", is always used by Paul and in the First Epistle of Peter; it may be that "Silvanus" is the Romanized version of the original "Silas", or that "Silas" is the Greek nickname for "Silvanus". Fitzmyer points out that Silas is the Greek version of the Aramaic "Seila", a version of the Hebrew "Saul", which is attested in Palmyrene inscriptions.[1] The name Latin "Silvanus" may be derived from pre-Roman Italian languages (see, e.g., the character "Asilas", an Etruscan leader and warrior-prophet who plays a prominent role in assisting Aeneas in Virgil's epic poem the Aeneid).[citation needed]

St. Silas is currently commemorated in the Calendar of Saints of the Evangelical Lutheran Church in America on January 26 with Timothy and the Apostle Titus, and separately on February 10 by the Roman Catholic Church and by the Lutheran Church - Missouri Synod.

[edit] Life

Silas first appears in Acts (15:22-29) with Barnabas, after the Council of Jerusalem, as carrying a letter with the council's decision, to Antioch. After his disagreement with Barnabas over John Mark (Acts 15:37-40), Paul then selects Silas to accompany him west to Derbe, Lystra (where they recruited Timothy), Troas, Philippi, Thessalonica and Beroea, where he remained with Timothy while Paul continued to Athens (Acts 16, 17). Both of them are said to rejoin Paul in Corinth (18:5), but neither Silas or Timothy are said to accompany Paul when he sailed to Ephesus, where Silas disappears from Acts.[2] Acts (16:37) also implies that he is a Roman citizen.[3]

Although Paul's own surviving letters confirm that Silvanus was with him in Corinth when he founded the church there (2 Corinthians 1:19), and listed as one of the authors of First and Second Epistle to the Thessalonians, a part of the canon of the New Testament, 1 Thessalonians 3:1-5 implies that Silvanus and Timothy were with Paul in Athens, and explicitly states that Timothy was sent back to Thessalonica to investigate their problems.[4] Ernest Best notes that "there is nothing in the Pauline letters to determine his relationship to Silvanus."[5]

A Silvanus is mentioned in the First Epistle of Peter (5:12) as the amanuensis who wrote down Peter's dictation; he is usually identified as the same person as the companion of Paul.[6] If this letter is a pseudonymous work, then Silvanus' name was added to it to give it greater plausibility.[7] If this letter is the authentic work of Peter, and this is the same Silvanus, then at some point after Silvanus left Corinth he came to Rome, and likely afterwards traveled to Pontus and Cappadocia to deliver this letter.

Silas' ultimate fate is unknown.

Jumat, 26 Desember 2008

PASAR MURAH di GASIBU BANDUNG






oleh : Silas
Minggu pagi yang cerah, sebelum mandi paling enak kalau joging ke daerah gedung sate lalu mampir ke pasar murah gasibu. Pasar murah gaasibu sudah ada sejak tahun 2000, pasar ini buka hanya pada hari minggu dan tahun baru saja, pasar ini sudah buka sejak pukul 04.00 Wib dan tutup pada pukul 13.00 wib. Disini anda bisa mendapatkan barang-barang dengan harga terjangkau. Setiap minggu banyak sekali orang yang berkunjung ke sini, mulai dari orang dewasa, anak-anak, kakek-kakek, nenek-nenek bahkan orang gila juga suka disini.
Banyak sekali barang-barang yang di jual di pasar ini, mulai dari sepatu,pakaian, boneka, pencatok rambut dan banyak lagi barang-barang yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu. Pada umumnya para pedagang berasal dari luar bandung, bahkan ada yang berasal dari luar pulau jawa yaitu mayoritas orang padang, mengapa ya tidak ada orang kalimantan???
Sistem izin tempat perdagangan orang gasibu yaitu sistem sewa lahan kepada orang yang berpengaruh terhadap daerah tersebut. Menurut salah seorang pedagang yang menjual kerajinan gantungan nama dari kain. Banyak sekali orang yang mencari rezeki di pasar murah gasibu ini, mulai dari mejadi penjual, pengamen, pemain topeng monyet, menyewakan kuda, delman....dan lain-lain
Jalanan macet, suara klakson kendaraan yang sahut-menyahut, petugas kepolisian yang sibuk menjaga keamanan dan lalu lintas, serta orang yang berjalan lalu-lalang....itulah momen pada setiap hari minggu di sini. Jangan kaget kalau sedang menikmati makanan disana tiba-tiba datang kelompok-kelompok pengamen yang secara silih berganti menghampiri para pengunjung yang sedang menikmati makan. Di pasar ini siapa saja boleh berkunjung dan memilih barang sepuasnya tanpa kuatir dengan harga karena barang-barang yang dijual harganya relatif murah dan lengkap, anda bebas memilih barang disini. Bagi orang yang berasal dari pulau jawa jangan lupa kalau main ke bandung mampir dulu ke pasar murah Gasibu, lumayan kan shoping sepuasnya.

Selasa, 18 November 2008

BANYADU’ LANGUAGE

BAHASA BANYADU’

Oleh : Silas

Dapat di katakan bahwa bahasa daerah suku dayak yang paling sulit di mengerti dan di pahami adalah bahasa “banyadu”, ya...setidaknya itulah anggapan orang mengenai bahasa banyadu’. Nyadu’ artinya tidak ada, adalah salah satu jenis bahasa daerah suku dayak yang ada di Kalimantan barat .

Bahasa banyadu’ adalah bahasa yang di gunakan oleh penduduk desa palo bamayak, kecamatan ngabang, kab. Landak, kalimantan barat. Kebetulan ibu saya sendiri berasal dari daerah tersebut. Semenjak kecil ibu saya sering menggunakan bahasa banyadu’ di lingkungan keluarga saya, itulah yang membuat saya lancar mengucapkan nya sampai sekarang.

Menurut teman saya orang bangahe ( menggunakan bahasa ahe) bahasa banyadu termasuk kedalam bahasa yang sulit untuk di mengerti, apalagi untuk di ucapkan. Tetapi tidak begitu halnya dengan orang banyadu’ sendiri, orang banyadu’ menganggap bahwa bahasa bangahe sangatlah mudah untuk di mengerti dan di pahami, orang banyadu’ merupakan orang yang sangat beruntung. Mengapa beruntung??? Jawabnya karena rata-rata orang banyadu’ pada mengerti menggunakan bahasa bangahe serta pengucapannya pun fasih. Saya sendiri dari dulu sudah mengerti bahasa bangahe, namun setelah kuliah di bandung saya menjadi sangat lancar karena di asrama Landak semua pada menggunakan bahasa bangahe ( bahasa persatuannya orang dayak kanayatn)

Bahasa banyadu’ tidak hanya milik orang kampung palo saja lho, tapi banyak juga daerah lain yang menggunakan bahasa banyadu. Itulah yang membuat bahasa banyadu’ terbagi menjadi banyak versi. Ada bahasa banyadu’ yang kasar, sedang, halus bahkan juga ada yang berbeda istilah. Tapi tetap saja mengacu kepada kesamaan pada umumnya. Semoga anda semua tertarik untuk mempelajari bahasa banyadu’ yang unik dan mengesankan ini.

KAMAO’AN NTO’ BARUBAH

KAMAO’AN NTO’ BARUBAH

(THE WILLINGNESS TO CHANGE)

Kala ikin gi’ angot, gi’ bebas unto’ barayal

Ikin bamimpi nto’ ngubah dunia diah

Sajalan gi’ batambah e’ omor kin gi sumangat kin, ikin mamput dunia diah aya’ kala’ barubah

Jadi cita-cita kin kan nyaderhanakan

Gi’ kaputusan nyadu’ ngubah nagari kin, tapi wah e’ da’ diah pun nyadu barasel

Kala omor kin makin patangk, gi’ samangat kin da’ tasisa’

Kin mutuskan unto’ ngarubah kaluarga kin ja’, ayung da’ jeket gi’ ikin

tapi calaka e’ ayung e’ pun nyadu’ bisa kan ngubah

liyah ano, ikin taguringk nunggu ajal manjamput, tiba-tiba ikin nyadar

saandai e’ ikin da’ uru’ barubah

jadi ikin da’ jaji’ taladan, mungkin ikin bisa ngarobah kaluarga kin

lalu barakat ayalan gi panyumangat ayungk’ e’

bisa jaji’ ikin pun mampu ngamaik nagari kin diah

lalu, asi nyangka ikin bisa ngubah dunia diah.

Berasal dari puisi (THE WILLINGNESS to CHANGE)

Yang di terjemahkan oleh silas ke dalam bahasa banyadu’