Selasa, 18 November 2008

BANYADU’ LANGUAGE

BAHASA BANYADU’

Oleh : Silas

Dapat di katakan bahwa bahasa daerah suku dayak yang paling sulit di mengerti dan di pahami adalah bahasa “banyadu”, ya...setidaknya itulah anggapan orang mengenai bahasa banyadu’. Nyadu’ artinya tidak ada, adalah salah satu jenis bahasa daerah suku dayak yang ada di Kalimantan barat .

Bahasa banyadu’ adalah bahasa yang di gunakan oleh penduduk desa palo bamayak, kecamatan ngabang, kab. Landak, kalimantan barat. Kebetulan ibu saya sendiri berasal dari daerah tersebut. Semenjak kecil ibu saya sering menggunakan bahasa banyadu’ di lingkungan keluarga saya, itulah yang membuat saya lancar mengucapkan nya sampai sekarang.

Menurut teman saya orang bangahe ( menggunakan bahasa ahe) bahasa banyadu termasuk kedalam bahasa yang sulit untuk di mengerti, apalagi untuk di ucapkan. Tetapi tidak begitu halnya dengan orang banyadu’ sendiri, orang banyadu’ menganggap bahwa bahasa bangahe sangatlah mudah untuk di mengerti dan di pahami, orang banyadu’ merupakan orang yang sangat beruntung. Mengapa beruntung??? Jawabnya karena rata-rata orang banyadu’ pada mengerti menggunakan bahasa bangahe serta pengucapannya pun fasih. Saya sendiri dari dulu sudah mengerti bahasa bangahe, namun setelah kuliah di bandung saya menjadi sangat lancar karena di asrama Landak semua pada menggunakan bahasa bangahe ( bahasa persatuannya orang dayak kanayatn)

Bahasa banyadu’ tidak hanya milik orang kampung palo saja lho, tapi banyak juga daerah lain yang menggunakan bahasa banyadu. Itulah yang membuat bahasa banyadu’ terbagi menjadi banyak versi. Ada bahasa banyadu’ yang kasar, sedang, halus bahkan juga ada yang berbeda istilah. Tapi tetap saja mengacu kepada kesamaan pada umumnya. Semoga anda semua tertarik untuk mempelajari bahasa banyadu’ yang unik dan mengesankan ini.

KAMAO’AN NTO’ BARUBAH

KAMAO’AN NTO’ BARUBAH

(THE WILLINGNESS TO CHANGE)

Kala ikin gi’ angot, gi’ bebas unto’ barayal

Ikin bamimpi nto’ ngubah dunia diah

Sajalan gi’ batambah e’ omor kin gi sumangat kin, ikin mamput dunia diah aya’ kala’ barubah

Jadi cita-cita kin kan nyaderhanakan

Gi’ kaputusan nyadu’ ngubah nagari kin, tapi wah e’ da’ diah pun nyadu barasel

Kala omor kin makin patangk, gi’ samangat kin da’ tasisa’

Kin mutuskan unto’ ngarubah kaluarga kin ja’, ayung da’ jeket gi’ ikin

tapi calaka e’ ayung e’ pun nyadu’ bisa kan ngubah

liyah ano, ikin taguringk nunggu ajal manjamput, tiba-tiba ikin nyadar

saandai e’ ikin da’ uru’ barubah

jadi ikin da’ jaji’ taladan, mungkin ikin bisa ngarobah kaluarga kin

lalu barakat ayalan gi panyumangat ayungk’ e’

bisa jaji’ ikin pun mampu ngamaik nagari kin diah

lalu, asi nyangka ikin bisa ngubah dunia diah.

Berasal dari puisi (THE WILLINGNESS to CHANGE)

Yang di terjemahkan oleh silas ke dalam bahasa banyadu’

THE GREAT MOMENT IN SITU LEMBANG


Oleh : silas

Tepatnya tanggal 27 oktober 2008, aku bersama ketiga orang teman ku yaitu: tedy, arief & Ruly (perwakilan GANDAWESI) mengikuti kegiatan gladian panji geografi yang diadakan di situ lembang, acara tersebut bertujuan untuk melatih kader-kader yang siap menjadi pelopor untuk menolong korban bencana alam di indonesia.

Pada awalnya aku sempat terkagum melihat semua peserta yang berasal dari seluruh daerah yang ada di indonesia. Carrier/ransel ukuran jumbo dan berat, sepatu junggle yang siap untuk menggilas medan tanah dengan berbagai merk dan jenis yang berbeda-beda. Baju lapangan dan bendera organisasi serta atribut-atribut kebanggaan setiap organisasi yang berbeda-beda yang menghiasi serunya acara yang akan kami semua ikuti tersebut.

Longmarch di malam hari dengan menempuh jarak kurang lebih 10 KM seakan bukan tantangan yang berat bagi kami semua, baik peserta pria maupun wanita seakan tiada perbedaan dikarenakan bahagianya jalan bareng orang-orang yang berasal dari berbagai karakter dan berkenalan dengan teman –teman baru, hentakkan kaki melalui jalan tanah yang masih dalam tahap pelebaran sungguh gagah sekali kedengarannya, rasa dingin yang menggigit bahkan tiada terasa pada saat itu. Setibanya di barak kopasus semua peserta di persilahkan untuk tidur, namun sampai jam 12 malam pun masih banyak yang saling berkenalan.

Pagi hari sebelum upacara pembukaan gladian panji geografi di buka, semua peserta di bagikan baju putih, syal kuning, topi biru dan peralatan tulis beserta buku-buku. Semua perbedaan organisasi dan latar belakang individu lenyap setelah memakai atribut yang di bagikan. Inilah suasana yang paling menggembirakan, yaitu semua sama dan tidak ada perbedaan. Ucara pembuakaan di buka langsung oleh MENKOKESTRA ( ABURIZAL BAKHRIE ). setelah itu kami semua mendapat kan materi-materi selama 2 hari dari pagi sampai malam oleh para pembicara yang sudah terkenal.

Setiap hari kami semua melakukan kegiatan rutin yaitu, pagi-pagi sarapan pagi, dilanjutkan dengan senam pagi, sehabis itu ke kelas untuk mendapatkan materi, makan siang, dilanjutkan dengan materi lagi, makan malam, materi, tidur. Tidak ketinggalan sholat lima waktu. Semuanya serba mewah, karena kami semua adalah tamu istimewa. Banyak sekali pembimbing kami waktu itu, ada kopasus, wanadri dll. Hari kamis dan jum’at kami aplikasi materi (vertical rescue,water rescue, jungle rescue, membangun camp site, cara menggunakan GPS dan gladi posko).

Akhirnya hari yang di nanti-nanti adalah hari sabtu. Mengapa hari sabtu ???...he2 karena penutup acara tersebut adalah bapak presiden republik Indonesia (PAK SUSILO BAMBANG YUDHYONO) beserta ibu negara (ANI BAMBANG YUDHYONO), banyak sekali yang di dapat dari kegiatan yang berlangsung kurang lebih lima hari ini,,aku tidak akan melupakan acara terbesar yang belum pernah aku ikuti sebelumnya. Terima kasing untuk semua pihak yang telah melaksanakan acara ini,