Selasa, 10 Juni 2008

TENTANG DIRI KU

S I L A S, lahir di Serukam pada tanggal 7 januari 1988. Saat ini ia masih menjadi mahasiswa di salah satu universitas di Indonesia yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, jurusan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK), program studi Pendidikan Teknik Arsitektur.

Sebelum melanjutkan pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia, ia adalah siswa SDN 16 Ngabang dan SLTPN 01 Ngabang, kemudian ia melanjutkan pendidikannya di SMAN 01 Ngabang,kabupaten landak, Provinsi Kalimantan Barat.

Selama menjalankan perkuliahan di UPI banyak sekali organisasi yang dia ikuti, perannya di dalam organisasi diantaranya adalah :

· Anggota organisasi pecinta alam GANDAWESI KPALH UPI

· Anggota organisasi KAMANG (keluarga mahasiswa Kalimantan barat) bandung.

· Anggota organisasi KMA (Keluarga Mahasiswa Arsitektur) KRIDAYA UPI.

@ organisasi PMK (persekutuan mahasiswa kristen) upi

@ KETUA MAHASISWA KABUPATEN LANDAK di BANDUNG PERIODE 2009/2010

Dimasa remajanya dia sangat senang sekali melukis,itu merupakan talenta yang Allah berikan kepadanya. Setelah tamat dari SMA dia mendapat beasiswa dari PEMDA (Pemerintah Daerah) kabupaten Landak untuk berkuliah di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Dari semuanya itu, ia sadar akan satu hal yang tidak ia lupakan bahwa semua adalah kehendak Allah. Rencana Allah begitu indah bagi kehidupannya, sungguh besar mujizat Allah kepadanya. SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT BAGI SIAPA SAJA YANG MEMBUKANYA. GBU

SEPATAH KATA "PUNTEUN"

Di bandung ketika kita lewat di depan orang yang lebih tua dari kita, kita wajib mengucapkan kata “punteun” (punten) itu merupakan kata permisi jika kita berada di lingkungan orang sunda .

“Punteun” bermakna permisi , kalau di suku dayak khususnya bahasa banyadu yaitu “maro”, di kampung ibu saya yaitu kampung palo, sekitar 7 kilometer dari anik, kecamatan ngabang, kabupaten landak (kal-bar) yang mana di kampung tersebut kesehariannya menggunakan bahasa “banyadu” sebagai bahasa sehari-hari. Di lingkungan orang banyadu ketika kita hendak melewati orang yang lebih tua dari kita, kita wajib menggunakan kata “maro”.

Ketika saya baru tiba di bandung, saya mengucapkan permisi kepada seorang ibu ketika berpapasan di dalam gang dekat asrama tempat saya tinggal, tetapi pada waktu itu saya heran mengapa ibu itu mengatakan mangga kepada saya, padahal saya tidak membawa buah mangga. Lama-kelamaan akhirnya saya mengerti juga rupanya mangga itu kata balasan ketika kita megucapkan kata “punteun”. Kalau orang jawa mengatakannya monggo, he..he.. Cuma beda a dan o doank kog.

Beda lagi halnya kalau kita lewat di depan orang yang jumlahnya lebih dari satu orang, jika kita mengucapkan “punteun” akal hanya satu orang saja yang menjawabnya dengan kata “mangga”. Mengapa demikian? Karena dalam bahasa sunda jika lebih dari satu orang kita wajib menggunakan kata “parunteun” (parunten), nah jika kita menggunakan kata “parunteun” berarti berapapun banyaknya orang yang berada di tempat kita mengucapkan kata “parunteun” semuanya akan menjawab “mangga”. Itulah nikmat yang kita peroleh jika kita meghormati budaya mereka. Ingat Jika kita ingin di hormati, maka kita dulu yang menghormati orang lain, dimanapun kita berada kita harus menjunjung tinggi kebudayaan setempat. (sil@s)